Mari berbagi untuk kemajuan masjid tuk wilayah sumsel

Minggu, 25 November 2007

ILMU BUDAYA DASAR

Secara umum pengertian kebudayaan adalah merupakan jalan atau arah didalam bertindak dan berfikir untuk memenuhi kebutuhan hidup baik jasmani maupun rohani.

Pokok-pokok yang terkandung dari beberapa devinisi kebudayaan

  1. Kebudayaan yang terdapat antara umat manusia sangat beragam
  2. Kebudayaan didapat dan diteruskan melalui pelajaran
  3. Kebudayaan terjabarkan dari komponen-komponen biologi, psikologi dan sosiologi
  4. Kebudayaan berstruktur dan terbagi dalam aspek-aspek kesenian, bahasa, adat istiadat, budaya daerah dan budaya nasional
Latar belakang ilmu budaya dasar
latar belakang ilmu budaya dasar dalam konteks budaya, negara, dan masyarakat Indonesia berkaitan dengan permasalahan sebagai berikut:

  1. Kenyataan bahwa Indonesia terdiri atas berbagai suku bangsa, dan segala keanekaragaman budaya yang tercermin dalam berbagai aspek kebudayaannya, yang biasanya tidak lepas dari ikatan-ikatan (primodial) kesukuan dan kedaerahan.
  2. Proses pembangunan dampak positif dan negatif berupa terjadinya perubahan dan pergeseran sistem nilai budaya sehingga dengan sendirinya mental manusiapun terkena pengaruhnya. Akibat lebih jauh dari pembenturan nilai budaya ini akan timbul konflik dalam kehidupan.
  3. Kemajuan ilmu pengetahuan dalam teknologi menimbulkan perubahan kondisi kehidupan manusia, menimbulkan konflik dengan tata nilai budayanya, sehingga manusia bingung sendiri terhadap kemajuan yang telah diciptakannya. Hal ini merupakan akibat sifat ambivalen teknologi, yang disamping memiliki segi-segi positifnya, juga memiliki segi negatif akibat dampak negatif teknologi, manusia kini menjadi resah dan gelisah.
Tujuan Ilmu Budaya Dasar

  1. Mengenal lebih dalam dirinya sendiri maupun orang lain yang sebelumnya lebih dikenal luarnya saja
  2. Mengenal perilaku diri sendiri maupun orang lain
  3. Sebagai bekal penting untuk pergaulan hidup
  4. Perlu bersikap luwes dalam pergaulan setelah mendalami jiwa dan perasaan manusia serta mau tahu perilaku manusia
  5. Tanggap terhadap hasil budaya manusia secara lebih mendalam sehingga lebih peka terhadap masalah-masalah pemikiran perasaan serta perilaku manusia dan ketentuan yang diciptakannya
  6. Memiliki penglihatan yang jelas pemikiran serta yang mendasar serta mampu menghargai budaya yang ada di sekitarnya dan ikut mengembangkan budaya bangsa serta melestarikan budaya nenek moyang leluhur kita yang luhur nilainya
  7. Sebagai calon pemimpin bangsa serta ahli dalam disiplin ilmu tidak jatuh kedalam sifat-sifat kedaerahan dan kekotaan sebagai disiplin ilmu yang kaku
  8. Sebagai jembatan para saran yang berbeda keahliannya lebih mampu berdialog dan lancar dalam berkomunikasi dalam memperlancar pelaksanaan pembangunan diberbagai bidang mampu memenuhi tuntutan masyarakat yang sedang membangun serta mampu memenuhi tuntutan perguruan tinggi khususnya Dharma pendidikan
Ilmu Budaya Dasar Merupakan Pengetahuan Tentang Perilaku Dasar-Dasar Dari Manusia

Unsur-unsur kebudayaan

  1. Sistem Religi/ Kepercayaan
  2. Sistem organisasi kemasyarakatan
  3. Ilmu Pengetahuan
  4. Bahasa dan kesenian
  5. Mata pencaharian hidup
  6. Peralatan dan teknologi
Fungsi, Hakekat dan Sifat Kebudayaan Fungsi Kebudayaan
Fungsi kebudayaan adalah untuk mengatur manusia agar dapat mengerti bagaimana seharusnya bertindak dan berbuat untuk menentukan sikap kalau akan berbehubungan dengan orang lain didalam menjalankan hidupnya.
kebudayaan berfungsi sebagai:

  1. Suatu hubungan pedoman antar manusia atau kelompok
  2. Wadah untuk menyakurkan perasaan-perasaan dan kehidupan lainnya
  3. Pembimbing kehidupan manusia
  4. Pembeda antar manusia dan binatang
Hakekat Kebudayaan

  1. Kebudayaan terwujud dan tersalurkan dari perilaku manusia
  2. Kebudayaan itu ada sebelum generasi lahir dan kebudayaan itu tidak dapat hilang setelah generasi tidak ada
  3. Kebudayan diperlukan oleh manusia dan diwujudkan dalam tingkah lakunya
  4. Kebudayaan mencakup aturan-aturan yang memberikan kewajiban kewajiban
Sifat kebudayaan

  1. Etnosentis
  2. Universal
  3. Alkuturasi
  4. Adaptif
  5. Dinamis (flexibel)
  6. Integratif (Integrasi)
Aspek-aspek kebudayaan

  1. Kesenian
  2. Bahasa
  3. Adat Istiadat
  4. Budaya daerah
  5. Budaya Nasional
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses perubahan kebudayaan faktor-faktor pendorong proses kebudayaan daerah

  1. kontak dengan negara lain
  2. sistem pendidikan formal yang maju
  3. sikap menghargai hasil karya seseorang dan keinginan untuk maju
  4. penduduk yang heterogen
  5. ketidak puasan masyarakat terhadap bidang-bidang kehidupan tertentu
Faktor-faktor penghambat proses perubahan kebudayaan
1.faktor dari dalam masyarakat
  • betambah dan berkurangnya penduduk
  • penemuan-penemuan baru
  • petentangan-pertentangan didalam masyarakat
  • terjadinya pemberontakan didalam tubuh masyarakat itu sendiri
2. faktor dari luar masyarakat

  • berasal dari lingkungan dan fisik yang ada disekitar manusia
  • peperangan dengan negara lain
  • pengaruh kebudayaan masyarakat lain






Rabu, 14 November 2007

KOPI


Pertama kali saya mengetahui adanya kebiasaan meminum kopi dari ayah saya yang sudah keranjingan dengan kopi. Kebiasaan meminum kopi itu sudah membudaya di keluarga kami, kemungkinan besar karena kebiasaan ayah saya waktu masih tinggal dikampung halamannya dulu. Kampung halaman kami disebut dengan kota Pagaralam di daerah Sumatera Selatan perbatasan dengan Bengkulu.
Kini kebiasaan itu menurun kepada saya yang juga sudah tidak bisa di kontol lagi. Kini saya tinggal di kota Bandung Jawa Barat dan saya mempunyai teman kebanyakan dari daerah sumatera dan merekapun hampir semuanya mempunyai kebiasaan yang sama..
Ketika saya bertamu atau mereka yang bertamu di rumah kami , kami pasti menyediakan kopi sebagai hidangan pembuka dari setiap obrolan atau apapun yang akan kita lakukan. Berarti sama dengan kebudayaan dimana paman2 saya atau para tetua saya, merekapun seperti itu dimana mereka bertamu selalu saja menyediakan kopi sebagai obrolan pembuka.
Di Jakarta pun juga begitu dimana keluarga dan saudara-saudara saya selalu saja menyediakan kopi. Tapi bila ada orang bertamu dari daerah lain semisal dia adalah asli Jakarta belum tentu dia akan mengatakan iya bila kami menawarkan kopi, berarti kopi itu belum menjadi budaya nasional.
Sekarang saja saya setiap pagi dan pulang kerja pasti akan kopi karena sudah menjadi kebiasaan yang tidak bisa ditinggalkan, teman2 pun bila main ke tempat saya pasti kopi dan begitu pun sebaliknya.
Terima kasih kepada Pencipta (Allah SWT) yang telah menciptakan minuman selezat dan senikmat kopi, bagiku tak ada yang lebih nikmat selain kopi di bandingkan minuman2 yang mengandung alkohol dan memabukkan

Rabu, 07 November 2007

Bencana Alam

Saya turut prihatin dengan keadaan negara ini, apalagi pada tahun-tahun ini tak ada henti-hentinya bencana alam terus membayangi wajah-wajah di bumi pertiwi ini. Saya pun tak mengerti kenapa kejadiannya bisa seperti ini. Dalam sejarah kita, baru tahun-tahun inilah mengalami bencana hampir diseluruh Nusantara tanpa terkecuali.
Saya memandang ini sebagai sebuah peringatan Penguasa Alam Semesta kepada kita untuk memperbaiki hidup kita, saya pun tak tau kenapa bisa begini tapi dibalik semua itu pasti ada hikmah yang terkandung. Saya melihat ini adalah moment yang tepat untuk kita sebagai warga negara untuk bersatu bersama-sama menjalin persatuan dan kesatuan untuk membangun kota-kota dan desa-desa yang telah porak poranda akibat bencana alam yang silih berganti menerpa bangsa ini dan beban yang dirasakan akan semakin ringan.
Saya melihat kita sebagai rakyat sudah tidak ada rasa persatuan dan kesatuan diantara kita, malah kebanyakan adalah orang-orang yang mempunyai rasa arogan yang tinggi sehingga selalu merasa dirinya berkuasa dan pantas untuk selalu dipuja.
Hari ini motor saya dikerjain oleh orang yang tidak bertanggung jawab di kos-an saya, padahal saya salah apa? saya pun tidak tau kenapa seperti ini. Seandainya orang itu meminta tolong atau apalah namanya sebagai tetangga saya pasti akan ikut membantu, tapi kenapa motor saya dikerjain, salah saya apa?.. Terpikir dibenakku, oh seperti inikah hidup bertetangga seandainya yang melakukan adalah seorang pencuri gak mungkin dia mengambil hanya katup busi saja yang harganya saja di bengkel hanya 5000 rupiah, kalau dijual dapat berapa? Saya jadi bingung bukannya memupuk rasa kebersamaan tapi malah membuat permusuhan, coba seandainya terjadi bencana alam di kota Kembang atau hanya di sekitar kos-an aja. Apa mungkin diantara kita tidak saling tolong menolong? gak mungkinkan.....
Saya melihat disini gak ada kesadaran dihatinya untuk saling bersama, atau mungkin besarnya rasa iri dan dengki sehingga menutup matanya akan semua yang telah terjadi terhadap bangsa ini. Ataukah mereka kurang informasi, tapi inilah kenyataannya dan ini kita bisa lihat di televisi dalam berita-berita semuanya bukannya perbaikan berbudaya tapi malah semakin jauh dari kebenaran. Banyak yang mendirikan agama baru, banyak yang melakukan pencurian, banyak yang korupsi dan banyak lagi.
Oh Tuhan berilah bencana alam yang lebih besar lagi sehingga mengenai seluruh Tanah Air ini sehingga manusia-manusia mempunyai akal pikiran dan hati untuk saling membantu dan adanya perbaikan budaya pada Bangsa ini.................menuju jalan Mu dan keinginan Mu
----------------
Now playing: Kenny G - Going Home
via FoxyTunes

Kamis, 01 November 2007

CERAI

Dari tahun ke tahun yg namanya budaya cerai sepertinya akan membudaya di Indonesia ini, dengan beragam macam alasan yang selalu dibenarkan dengan berbagai argumen dan malah yang lebih parahnya lagi, para selebriti kita berbicara di depan televisi dengan menjelek-jelekan pasangannya.
Alasan-alasan yang terjadinya sebuah teragedi perceraian banyak macamnya, diantaranya: Karena ada salah satu pihak yang berselingkuh, karena tidak merasa nyaman, karena berbeda pendapat, karena tidak mempunyai keturunan, karena tidak saling cinta, karena pernikahan dini dan faktor ekonomi.
Disekitarku di daerah kota Kembang Bandung ini sudah banyak sekali janda-janda yang masih bisa dibilang di bawah umur masa perkawinannya..... alasannya karena masalah ekonomi sehingga orang tua perempuannya menikah paksakan anaknya dengan laki-laki yang belum tentu di cintai oleh sang perempuannya.
Alasannya ekonominya pun beragam, salah satunya yang saya pernah dengar dari salah satu orang tuanya karena dia tidak sanggup untuk menyekolahkan anaknya atau memberikan kebahagiaan seperti anak-anak lainnya. Sebuah alasan yang sepertinya tidak masuk akal, bukan. Tapi kalau saya melihat dari segi pemikiran orang tuanya , kemungkinan pendidikan orang tuanya yang masih minim & jauh sekali dari sumber informasi yang maju. Sehingga anak lulus sekolah SMP-SMU sudah siap dikawinkan. Padahal apa jadinya? coba teman-teman main ke bandung dan melihat hampir disetiap pinggir jalan ada aja perempuan yang mendagangkan dirinya untuk mencari nafkah dia dan anaknya. Sungguh tragis bukan anak-anak semasa dia sudah bekerja dengan menjual dirinya, mungkin itu hanya salah satu contoh kasus yang tidak terlalu rumit.
Selingkuh, ini adalah kata yang paling digemari para kaula muda di kalangan mahasiswa/wi sehingga banyak yang bilang selingkuh itu indah, mungkin seandainya kita di posisi yang berselingkuh memang itu indah tapi kalau kita diposisi yang tidak berselingkuh atau kita yang mencintai pasangan kita. Apakah kita bisa terima, pastilah bohong besar kalau kita bisa berbesar hati memaafkan dengan seikhlas-ikhlasnya. Saya disini hanya berbicara dengan kesungguhan hati saya karena pengalaman saya. Saya pernah melihat pacar saya selingkuh dan saya bagaikan hancur dan benar-benar hancur. Padahal dulunya saya tuh gak pernah mencintai wanita 100% tapi hancurnya bener2 hancur. Makanya mulai saat ini saya mikir2 untuk mencintai lebih dari 1 wanita. Tapi memang benar juga seandainya orang bilang selingkuh itu indah karena tidak mendapatkan kepuasan lahir dan batin dari pasangannya....... Nah ini yang ingin gw gali lagi untuk mencari tau gimana caranya supaya bisa mencapai kepuasan lahir dan bathin dalam hub berumah tangga

Selasa, 30 Oktober 2007

Pengertian Kebudayaan

Budaya adalah suatu pola dari keseluruhan keyakinan dan harapan yang dipegang teguh secara bersama oleh semua anggota organisasi dalam pelaksanaan pekerjaan yang ada dalam organisasi tersebut. Dengan demikian, budaya dalam suatu organisasi adalah menjadi pengikat semua karyawan secara bersama dalam organisasi tersebut dan sekaligus sebagai pemberi arti dan maksud dalam keterlibatan karyawan tersebut dalam pekerjaan sehari-hari dari organisasi.

Budaya adalah suatu pola dari asumsi-asumsi dasar (keyakinan dan harapan) yang ditemukan ataupun dikembangkan oleh suatu kelompok tertentu dari organisasi, dan kemudian menjadi acuan dalam mengatasi persoalan-persoalan yang berkaitan dengan adaptasi keluar dan integrasi internal, dan karena dalam kurun waktu tertentu telah berjalan/berfungsi dengan baik, maka dipandang sah, karenanya dibakukan bahwa setiap anggota organisasi harus menerimanya sebagai cara yang tepat dalam pendekatan pelaksanaan pekerjaan-pekerjaan dalam organisasi oleh Shein (1985-1990)

Budaya dalam arti yang luas adalah suatu keadaan akibat perilaku manusia yang secara perorangan atau kelompok, bermasyarakat dan bernegara yang dapat mempengaruhi kehidupan yang damai dan tenteram, sejahtera dalam arti bahwa semua dapat hidup sehat diatas garis kemiskinan, tidak membedakan suku, etnik, ras dan jenis kelamin, tidak mencemari dan merusak lingkungan, tidak meracuni sumberdaya alam terbaharukan dan tidak terbaharukan, yang secara demokratis menjunjung tinggi hak dan kewajiban asasi manusia, memberi kebebasan untuk beragama, kebebasan mengeluarkan pendapat dan kebebasan dapat menikmati pendidikan sesuai bakat dan keinginannya oleh Bacharuddin Jusuf Habibie.

Kebudayaan adalah seluruh hasil usaha manusia, baik berupa benda ataupun hanya berupa buah pikiran dan alam penghidupan oleh R. Soekmono.

kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar oleh Antropolog Koentjaraningrat.

Kebudayaan adalah Keseluruhan cara hidup (yang merangkumi cara bertindak, berkelakuan dan berfikir) serta segala hasil kegiatan dan penciptaan yang berupa kebendaan atau kerohanian sesuatu masyarakat, tamadun, peradaban, kemajuan akal budi dan lain-lain oleh Ibid.

Kebudayaan ataupun yang disebut peradaban, mengandung pengertian yang luas, meliputi pemahaman perasaan suatu bangsa yang kompleks, meliputi pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat istiadat (kebiasaan), dan pembawaan lainnya yang diperoleh dari anggota masyarakat (Taylor, 1897)
Mempelajari pengertian kebudayaan bukan suatu kegiatan yang mudah, mengingat banyaknya batasan konsep dari berbagai literaturnya, baik yang berwujud ataupun yang abstrak yang secara jelas menunjukkan jalan hidup bagi kelompok orang (masyarakat). Demikian pula proses sejarah bukan hal yang mengikat, tetapi merupakan kondisi ilmu pengetahuan, agama, seni, adat istiadat, dan kehendak semua masyarakat.
Walaupun demikian, menurut Kluckhohn (1951) hampir semua antropolog Amerika setuju dengan dalil proposisi yang diajukan oleh Herkovits dalam bukunya yang berjudul Man and His works tentang teori kebudayaan yaitu:
  1. kebudayaan dapat dipelajari
  2. kebudayaan berasaal atau bersumber dari segi biologis, lingkungan, psikologis, dan komponen sejarah eksistensi manusia.
  3. kebudayaan mempunyai struktur
  4. kebudayaan dapat dipecah-pecah ke dalam berbagai aspek
  5. kebudayaan bersifat dinamis
  6. kebudayaan mempunyai variabel
  7. kebudayaan memperlihatkan keteraturan yang dapat dianalisis dengan metode ilmiah
  8. kebudayaan merupakan alat bagi seseorang (individu) untuk mengatur keadaan totalnya dan menambah arti kesan kreatif
Pengertian kebudayaan yang dikemukakan oleh E.B. Taylor maupun dalil-dalil yang di kemukakan oleh Herkovits masih bersifat luas sehingga pengkajian kebudayaan sangat bervariasi. Menurut Krober dan Klukhon (1950) kebudayaan, definisinya adalah kebudayaan terdiri atas berbagai pola, bertingkah laku mantap, pikiran, perasaan dan reaksi yang diperoleh dan terutama diturunkan oleh simbol-simbol yang menyusun pencapaiannya secara tersendiri dari kelompok-kelompok manusia, termasuk di dalamnya perwujudan benda-benda materi; pusat esensi kebudayaan terdiri atas tradisi cita-cita atau paham, dan terutama keterikatan terhadap nilai-nilai.







CINTA KASIH

Cinta kasih

Kata cinta, selain mengandung unsur perasaan aktif, juga menyatakan tindakan yang aktif. Pengertiannya sama dengan kasih sayang sehingga, kalau seseorang mencintai orang lain, artinya orang tersebut berperasaan kasih sayang atau berperasaan suka terhadap orang lain tersebut. Cinta memegang peranan yang penting dalam kehidupan manusia, sebab cinta merupakan landasan dalam kehidupan perkawinan, pembentukan keluarga dan pemeliharaan anak, hubungan yang erat di masyarakan dan hubungan manusiawi yang akrab. Demikian pula cinta adalah pengikat yang kokoh antara manusia dengan Tuhannya sehingga manusia menyebah Tuhan dengan ikhlas, mengikut perintah-Nya, dan berpegang teguh pada syariat-Nya.

Dalam kehidupan manusia, cinta menampakkan diri dalam berbagai bentuk, mulai dari seseorang yang mencintai dirinya, istrinya, anaknya, hartanya, dan Tuhannya. Bentuk cinta ini melekat pada diri manusia, potensi dan frekuensinya berubah menurut situasi dan kondisi yang mempengaruhinya. Pada saat belum berkeluarga, seseorang akan lebih kuat cintanya kepada orang tua; setelah berkeluarga cintanya akan nampak terbagi bagi istri dan anaknya.

Cinta orang tua terhadap anaknya sangat kuat meskipun perangai anak itu tidak memuaskan orang tua. Tetapi, cinta pun terwujud karena perangai utama. Cinta seseorang kepada orang ba nyak memerlukan didikan dan perjuangan, yang memandang sesama manusia sebagai kecintaan yang perlu dibela. Cinta seperti dikatakan dalam rangka perangai utama itu mengandung kejujuran, amanat, dan keadilan. Apabila cinta seseorang telah tumbuh, berarti orang itu mengandung hikmat yang menuntun dirinya kepada kebenaran, kebajikan, dan pengorbanan.

Sebagai manifestasi perasaan cinta, manusia mempunyai banyak lambang tentang cinta. Lambangnya dapat dengan bau bunga, warna, atau cium tangan. Seperti dikatakan oleh filsuf Islam, Al-Kindi: “Jika bau bunga sedap malam dicampur dengan bau mawar, akan lahir bau baru yang bisa membangkitkan perasaan cinta dan bangga.”

Cinta tidak mudah diterangkan dan diilustrasikan dengan kata-kata Ia memiliki daya luar biasa pada diri manusia serta melekat dengan kuta. Cinta dapat sekonyong-konyong muncul, dan hilang sama sekali, atau terus tumbuh seperti cintanya orang tua terhadap anaknya sejak dilahirkannya. Cinta dapat dilukiskan dengan memberi, bukan meminta, sebagai dorongan mulai untuk menyatakan eksistensi dirinya atau aktualisasi dirinya kepada orang lain.

Berbagai bentuk cinta dapat diuraikan sebagai berikut.

Cinta diri

Secara alamiah manusia mencintai dirinya sendiri. Sebaliknya amnusia membenci segala sesuatu yang menghalangi hidupnya atau yang menghambat aktualisasi dirinya. Manusia membenti segala sesuatu yang mendatangkan penderitaan, rasa sakit, dan marabahaya lainnya.

Cinta yang mulai pun dapat hilang apabila seseorang terlalu berlebihan mencintai dirinya. Kecintaan terhadap dirinya dapat dibuktikan apabila ia tertimpa malapetaka atau kesulitan: manusia akan berkeluh kesah. Sebaliknya, apabila manusia memperoleh banyak harta, ia akan berhati-hati memeliharanya, bahkan dapat melupakan fungsi sosial hartanya. Cinta terhadap dirinya tidak harus dihilangkan, tetapi perlu berimbang dengan cinta kepada orang lain untuk berbuat baik. Inilah yang dimaksud dengan cinta diri yang ideal.

Cinta kepada sesama manusia

Cinta kepada sesama manusia banyak dilukiskan dan dicontohkan oleh seseorang pembawa kebenaran (nabi) atau oleh kelompok orang. Cinta kepada sesama manusia merupakan watak manusia itu sendiri, selain watak manusia sebagai pembenci dan bersifat kikir terhadap manusia lainnya. Biasanya manusia akan mudah membenci atau kurang memperhatikan orang lain apabila ia mendapat kesenangan dirinya. Akan tetapi, kita sering mendengar tentang seseorang yang betul-betul mendahulukan keperluan orang lain (sesama manusia) daripada keperluan dirinya sendiri. Kalau boleh berkomentar tentang watak manusia dalam hal mencintai sesamanya, yang lebih baik tentu yang mampu menyeimbangkan cinta mereka kepada diri sendiri dengan cinta mereka kepada sesamanya, dan membatasi keekstreman cinta mereka.

Motivasi seseorang mencintai sesama manusia, menurut persepsi sosiologis, disebabkan karena manusia itu tidak dapat hidup sendirian (manusia sebagai makhluk sosial). Manusia perseorangan (individu) memiliki kelebihan dan kekurangan dalam segala hal sehingga manusia akan saling menutupin kekurangannya apabila bekerja sama. Menurut persepsi agama (Islam), mencintai sesama manusia itu merupakan kewajiban. Demikian pula adanya perbedaan warna kulit, ras, etnis, atau perbedaan fisik manusia, justru untuk saling memperkenalkan diri (saling mengenal). Bahkan dalam batas sesuatu kepercayaan. Sesama manusia dianggap masih saudara (saudara seiman). Dalam pepatah sering dikatakan “kalau tidak kenal maka tak sayang”, berarti makna kenal di sini untuk dilanjutkan dengan saling menyanyangi atau saling mencintai di antara manusia.

Pertemuan dan cinta

Gabriel Marcel, seorang filsuf kelahiran Paris (1889-1973), mengemukakan hakikat pertemuannya atau kehadiran dan cinta. Kodrat sosial manusia atau hubungannya dengan orang lain, yang hanya berdasarkan kecendrungan-kecendrungan biologis dan psikologi manusia, tidak menghasilkan hidup sesama yang sejati. Orang yang mengikuti kecendrungan-kecendrungan itu mewujudkan hubungan dengan orang lain atas taraf biologis dan psikologis, tetapi belum tentu mereka bertemu dengan orang lain sebagai hubungan personalistis. “Kehadiran” ini direalisasikan secara istimewa dalam cinta. Disini “Aku” dan “Engkau” mencapai taraf “Kita”. Dalam taraf “kita”, “Aku” dan “Engkau” diangkat menjadi suatu kesatuan baru yang tidak mungkin dipisahkan ke dalam dua bagian.

Pertemuan antara dua orang dapat membangkitkan rasa cinta. Pertemuan yang merupakan kontak antara dua orang ialah antara “Aku” dan “Engkau”, yang saling membuka hati melalui gerak dan kata. Dalam pertemuan terjadi saling membuka hati, saling menyerahkan diri, terbuka, dan jujur. Dalam pertemuan pikiran-pikiran egoistis dilepaskan, sebaliknya dibangkitkan kesedian dalam situasi bersama. Hubungan “Aku” dengan “Engkau” adalah hubungan dinamis, berkembang, yang dimulai dengan kepercayaan sampai lebih nyata dalam cinta dan persahabatan.

Hubungan antara dua orang memuncak dalam hubungan cinta. Asal mula hubungan cinta itu adalah anugerah Tuhan. Syarat cinta ialah kerendahan hati pada orang yang memanggil, kesediaan pada orang yang dipanggil. Dalam cinta unsur individualitas masih tetap ada, hanya ditutupi dengan pengorbanan, tetapi demi cinta pula. Cinta tidak dapat diukur secara objektif. Bahkan sulit sekali untuk mengetahui apakah saya sendiri mencintai orang lain atau tidak karena cinta mencakup seluruh eksistensi manusia.

Dalam cinta timbul communion, kebersamaan yang sungguh-sungguh komunikatif, “mencintai” selalu mengandung suatu imbauan (invocation) kepada sesama. Kebersamaan dalam cinta ini, menurut kodratnya, harus berlangsung terus, tidak terbatas pada satu saja. Karena itu, dalam pengalaman cinta terkandung juga bahwa “Aku” mengikat diri dan tetap setia. Kesetiaan itu sanggup membarui dan memperkokoh cinta.

Akan tetapi, suatu saat cinta dapat putus secara mendadak karena adanya pengkhianatan terhadap partner dalam cinta. Bila yang dicintai. Tetapi pada suatu saat mungkin ia mengakui: Aku ditipu. Ini hanya membuktikan bahwa dalam cinta, tetap ada kemungkinan untuk memandang adanya pelaku ketiga. Ini merupkan kritik dan kewaspadaan terhadap cinta. Untuk lebih waspada, perlu dikaji konsep cinta dalam ajaran agama.

Rasa kasihan, cinta dan persahabatan

Tak ada seorang pun yang mau hidup tanpa sahabat. Dan yang membuat kita bermoral adalah adanya perhatian kita secara pribadi terhadap orang-orang yang paling dekat dengan kita. Baru setelah itu, kita memberi perhatian kepada banyak orang yang belum pernah kita temui, dan kepada manusia pada umumnya. Persahabatan dijalin dalam bentuk pengalaman, mungkin karena kesamaan tujuan, profesi, dan sebagainya. Inti Persahabatan ialah adanya kesediaan untuk saling berkorban, bukan dalam konteks materi, melainkan lebih dari itu, berupa nilai-nilai rasa kemanusiaan dan seterusnya. Persahabatan juga dapat terjalin karena berada dalam situasi yang sama dalam konteks hubungan sosia, atau pandangan yang sama, atau jalan pikiran yang sama dalam menghadapi suatu kehidupan. Persahabatan pun dapat juga merenggang karena adanya perbedaan dalam berbagai segi (segi yang merintis persahabatan). Bahkan sampai pada tarap konflik kalau perbedaan segi-segi tersebut sangat tajam.

Cinta menurut ajaran agama

Adanya yang berpendapat bahwa etika cinta dapat dipahami dengan mudah tanpa dikaitkan dengan agama. Tetapi dalam kenyataan hidup, manusia masih mendambakan tegaknya cinta dalam kehidupan ini. Di satu pihak, cinta didengung-dengungkan lewat lagu dan organisasi perdamaian dunia tetapi di lain pihak, dalam praktek kehidupan, cinta sebagai dasar hidup jauh dari kenyataan

Cuplikan peristiwa ini memberikan indikasi kepada kita bahwa cinta itu harus proporsional dan adil, janganlupa diri karena cinta. Untuk itu agama memberikan tuntunan tentang cinta. Berbagai bentuk cinta ini terdapat di dalam Al-quran.

Cinta diri

Alquran telah mengungkapkan cinta alamiah manusia terhadap dirinya sendiri, kecendrungan untuk menuntut segala sesuatu yang bermanfaat dan berguna bagi dirinya, melalui ucapan Nabi SAW. Bahwa seandainya dia mengetahui hal-hal yang gaib, tentu dia akan memperbanyak hal-hal yang baik bagi dirinya dan menjauhkan dirinya dari segala keburukan: “…..dan sekiranya aku mengetahui yang ghaib, tentulah aku akan memperbanyak kebaikan bagi diriku sendiri dan aku tidak akan ditimpa kemudaratan…..” (Q:7:188). Demikian pula: “Manusia tidak jemu-jemu memohon kebaikan, tetapi jika mereka ditimpa malapetaka, dia menjadi putus asa lagi putus harapan” (Q:41:49). Manusia cinta pada dirinya agar terus menerus dikaruniai kebaikan, tetapi apabila ditimpa bencana, ia menjadi putus harapan.

Cinta kepada sesama manusia

Allah memerintakan kepada manusia untuk saling mencintai diantara sesamanya. “Sesungguhnya orang-orang mukmin bersaudar, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat” (Q:49:10). Dalam Alquran teradapat pujian bagi kaum Anshar karena rasa cintanya kepada kaum Muhajirin. Orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshar) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka mencintai orang yang berhijrah kepada mereka. Dan mereka tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (orang Muhajirin); ciri cinta diantaranya sesama manusia menurut ajaran Islam ditandai dengan sikap yang lebih mengutamakan (mencintai) orang lain daripada dirinya sendiri.

Cinta seksual

Cinta erat kaitannya dengan dorongan seksual. Hak ini dilukiskan dalam Alquran sebagai berikut: “Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikannya diantaramu rasa kasih sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kamu yang berpikir” (Q:30:21). Cinta seksual merupakan bagian dari kebutuhan manusia yang dapat melestarikan kasih sayang, keserasian, dan kerjasama antara suami dan istri. Seks merupakan faktor yang primer bagi kelangsungan hidup keluarga.

Cinta kebapakan

Cinta ibu kepada anaknya, atau dorongan keibuan, merupakan dorongan fisiologis. Artinya, terjadi perubahan-perubahan fisiologis dan fisis yang terjadi pada diri si ibu sewaktu mengandung, melahirkan, dan menyusui. Dorongan kebapakan tidak seperti dorongan keibuan , tetapi dorongan psikis. Hal ini tampak dalam cinta bapak kepada anaknya karena ia merupakan sumber kesenangan dalam kegembiraan baginya, sumber kekuatan dan kebanggan, dan merupakan faktor penting bagi kelangsungan peran bapak dalam kehidupan, dan tetap terkenangnya dia setelah meninggal dunia.

Cinta kepada Allah

Puncak cinta manusia, yang paling bening, jernih dan spiritual ialah cintanya kepada Allah dan kerinduan kepada-Nya. Tidak hanya salat, pujian, dan doanya, tetapi semua tindakan dan tingkah lakunya ditujukan kepada Allah. Mengharapkan penerimaan dan ridla-Nya. Dalam firman Tuhan: “Dikatakanlah: Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu. Allah maha pengampun lagi maha penyanyang” (Q:3:31). Cinta yang ikhlas seorang manusia kepada Allah akan merupakan pendorong dan mengarahkannya kepada penundukan semua bentuk kecintaan lainnya. Cinta kepada Allah akan membuat seseorang menjadi mencintai sesama manusia, hewan, semua makhluk Allah, dan seluruh alam semesta. Hal ini terjadi karena semua yang wujud dipandang sebagai manifestasi Tuhannya, sebagai sumber kerinduan spiritualnya dan harapan kalbunya.

Cinta kepad Rasul (Muhammad)

Cinta kepada Rasul Muhammad merupakan peringkat kedua setelah cinta kepada Allah. Hal ini disebabkan karena Rasul Muhammad bagi kaum Muslimin merupakan contoh ideal yang sempurna bagi manusia baik dalam tingkah laku, moral, maupun berbagai sifat luhur lainnya. “Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung” (Q:68:4). Cinta kepad a Rasul Muhammad ialah karena beliau merupakan suri telada, mengajarkan Alquran dan kebijaksanaan. Muhammad telah menanggung derita dan berjuang dengan penuh tantangan sampai tegaknya agama Islam.

Cinta kepada ibu-bapak (orang tua)

Cinta kepada ibu-bapak dalam ajaran agama Islam sangat mendasar, menentukan ridla-tidaknya Tuhan kepada manusia. Sabda Nabi Muhammad SAW. “Keridlaan Allah bergantung pada kemurkaan kedua orang tua pula” (Hadits Riwayat At-Turmudzy). Khususnya mengenai cinta kepada orang tua ini, Tuhan memperingatkan dengan keras melalui ajaran akhlak mulia dan langsung dengan tata kramanya. “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia, dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu-bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang diantara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan ‘ah’, dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan, dan ucapkanlah: wahai Tuhanku, kasihanilah mereka keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil” (Q:17:23-24)

Entri Populer

KERJA SAMPINGAN

DonkeyMails.com: No Minimum Payout