Mari berbagi untuk kemajuan masjid tuk wilayah sumsel

Selasa, 26 Agustus 2008

Cara Cerdas Mengelola Keuangan

Kenaikan harga bahan bakar minyak, tak ayal memicu kenaikan harga-harga lainnya. Padahal di lain pihak, sumber pendapatan dan jumlah pendapatan tak mengalami kenaikan. Kondisi ini mau tak mau membuat kita semua, terutama para ibu rumah tangga harus pandai­pandai mengatur keuangan seeermat mungkin. Dengan pengaturan yang cermat, bahkan bukan tak mungkin tabungan dan investasi bisa tetap dilaksanakan. Menurut pakar Pereneana Keuangan Safir Senduk seorang yang mengerti masalah keuangan, dalam praktik sehari-hari belum tentu bisa mengelola keuangannya secara baik. "Faktor kebiasaan, pergaulan dan 'kemudahan' seringkali menjadi penyebab buruknya kondisi keuangan dalamjangka panjang," kata Safir dalam talkshow bertema Mengoptimalkan Kemampuan Pengelolaan Keuangan Keluarga, di Kantor Pusat PLN Jakarta, beberapa waktu lalu.

Dia mengungkapkan, ada tiga hal penting yang harus dipelajari untuk mengoptimalkan kemampuan pengelolaan yakni tata cara mengatur pengeluaran, pengelolaan utang, dan cara menabung serta investasi. Untuk menata pengeluaran, kata Safir, yang harus dilakukan adalah membuat daftar prioritas pengeluaran. "Jabarkan semua item pengeluaran, mulai bayar telepon, listrik hingga dugem," katanya. Untuk pengeluaran, pisahkan menjadi tiga jenis berdasarkan sifatnya, yakni wajib, butuh dan ingin. Jenis pengeluaran yang bersifat wajib adalah yang memiliki tenggat waktu dan berisiko denda dan lainnya, seperti pembayaran telepon, listrik, dan lainnya. Pengeluaran yang bersifat butuh adalah kebutuhan yang memang diperlukan untuk kehidupan sehari­-hari seperti sembako. Sementara pengeluaran yang bersifat ingin merupakan pengeluaran yang tidak mendesak, contohnya kendaraan.

Dia juga mengingatkan pengeluaran yang akan terjadi pada jangka panjang, misalnya biaya sekolah atau kuliah terutama pada ajaran baru. Sejak dini, biaya tersebut harus disiapkan, dengan eara menyisihkan sebagian pendapatan, agar pada waktunya dibutuhkan, dana itu sudah tersedia. "Misalnya, kita tahu anak akan masuk SMP dua tahun lagi, maka sejak kini sudah diperhitungkan berapa yang harus disisihkan hingga dua tahun mendatang. Jadi, pada saatnya tiba, kita tidak kelabakan," katanya. Safir juga menekankan perlunya sikap hidup hemat. Namun, pengertian hemat, kata dia, jangan diartikan sebagai perilaku kikir. Hemat menurut Safir, adalah mengeluarkan dana sesuai kebutuhan, tidak berlebihan.

KELOLA UTANG

Safir menilai utang seolah sudah menjadi bagian dari gaya hidup. Wujudnya bisa bermacam-­macam. Salah satunya dalam bentuk pemakaian kartu kredit. Menurut Safir, banyak yang salah kaprah terhadap keberadaan kartu kredit. "Kartu kredit dianggap sebagai sumber pendapatan. Padahal itu adalah utang yang harus segera dibayar,"ujarnya. Dia juga wanti-wanti jangan sampai konsumen terjebak pada pembayaran minimum. "Sebisa mungkin, tagihan kartu kredit segera dilunasi," tegasnya. Namun, berutang atau mencicil barang seeara kredit bisa menjadi pilihan jika memang barang yang hendak dibeli harganya semakin meningkat. Dia ambil contoh rumah. Sementara, untuk barang yang nilainya makin menurun, dia anjurkan dibeli secara tunai. "Rumusnya adalah, besaran cicilan utang porsinya tidak boleh melebihi 30% dari pendapatan. Kalau lebih dari itu, keuangan tidak sehat," kata Safir.

Bagi yang sudah terdesak oleh kebutuhan menurut Safir, hendaknya memilih pihak yang bisa memberikan pinjaman dengan syarat yang paling ringan dan fleksibel. Jika sudah mampu menyeimbangkan pendapatan dan pengeluaran, yang perlu diperhatikan adalah melakukan tabungan dan investasi. Menurut Safir, tabungan, berapapun besarnya, mutlak dimiliki. "Tabungan harus dimasukkan sebagai pos pengeluaran, bukan sisa dari pengeluaran," katanya.

Sementara itu, untuk investasi, bisa dipilih mulai dari eara konvensional misalnya melalui simpanan emas, tanah, hingga yang berisiko seperti saham. Juga produk investasi lainnya seperti reksadana atau asuransi. "Jangan ragu untuk memilih produk yang bisa memberikan hasil yang lebih besar," kata Safir. Namun kata Safir, jika ternyata pendapatan memang sudah tidak mampu menutup pengeluaran dan utang, mau tak mau harus menambah penghasilan. Caranya misalnya dengan mencari pekerjaan tambahan, atau berbisnis keeil-kecilan. (e).

Tidak ada komentar:

Entri Populer

KERJA SAMPINGAN

DonkeyMails.com: No Minimum Payout